Minggu, 23 Oktober 2011

Badai Pasti Berlalu_Part 2 (Finding The Real Love)

Seperti dikisahkan dalam artikel sebelumnya, sang pemuda harus
menghadapi kenyataan pahit; kekasih yang amat ia cintai telah
mengkhianati dan mencampakkannya begitu saja. Walau kenyataan itu
menyakitkan, jika kita dihadapkan pada peristiwa yang sama atau hampir
sama dengan apa yang saya kisahkan tersebut maka kita bisa mengambil
beberapa pilihan.

Pilihan pertama, kita menghadapi peristiwa itu dengan sikap negatif,
kecewa dan berkelana dalam kesedihan mendalam.

Pilihan kedua, kita hadapi kenyataan itu dengan lapang dada dan
mengambil pelajaran darinya. Karena kita tidak pernah bisa
mengendalikan sesuatu di luar diri kita, maka kabar baiknya adalah
kita tentu bisa mengendalikan sesuatu yang ada pada diri kita yakni
pikiran kita.

Bisa saja sang pemuda itu bermuram durja karena kecewa yang mendera
perasaannya, kemudian lari pada minuman keras, narkoba, pergaulan
bebas, atau hal negatif semacamnya; namun tidak demikian adanya. Ia
segera merenungi apa yang telah terjadi dan mencari hikmah di balik
semua itu. Akhirnya ia dapat mengambil kesimpulan bahwa semua itu
terjadi sebagai sebuah proses pembelajaran dan pendewasaan mental agar
ia dapat merubah diri menjadi lebih baik. Tidak semua hal yang
menyakitkan itu buruk bagi kita, dan hal itu kembali pada persepsi
kita, cara kita memaknai kejadian/pengalaman itu. Jika kita memaknai
secara positif maka itu akan menguntungkan kita, namun jika kita
memaknai secara negatif tentunya hal itu akan merugikan kita. Jadi
apapun bentuk sebuah peristiwa/kejadian, jangan sampai kita salah
dalam memberi makna.

Tidak ada cinta yang abadi di dunia ini selain cinta Tuhan kepada
hamba-Nya. Karena cintaNya, seekor singa yang buas tidak mungkin
memakan anaknya walau selapar apapun ia. Karena cintaNya pula, seorang
ibu dengan penuh kasih melahirkan, menyusui, mengasuh, dan membesarkan
anaknya tanpa pamrih apapun sampai sang anak tumbuh menjadi manusia
dewasa.

Sering kali seseorang yang jatuh cinta--baik pada harta,
pangkat/jabatan maupun lawan jenis--begitu mencintainya sampai berurat
dan berakar sangat dalam. Cintanya begitu melekat di hati, dan ketika
cintanya tidak terpenuhi/terbalas atau apa yang dicintainya tiba-tiba
hilang/pergi maka kemelekatan itu akan menjadi sebuah bencana
tersendiri. Seperti kata pepatah, "Jangan memasukkan ayam dalam
kamar." Karena setelah masuk, ayam itu akan memporak-porandakan
seluruh isi kamar sebelum akhirnya bisa dikeluarkan. Jadi, kalau kita
harus mencintai sesuatu maka mencintailah secara proporsional.

Dalam hal cinta dan mencintai, hendaknya kita memahami dan mengerti
sepenuhnya sesuai dengan prioritras seperti yang telah diajarkan
agama. Boleh saja kita mencintai apapun yang ada di dunia ini, baik
berupa harta, kedudukan, suami/istri, anak atau apapun itu, namun
hendaknya jangan sampai melekat erat dalam hati. Karena semua itu pada
hakekatnya adalah milik Tuhan, sehingga pada suatu saat Tuhan
mengambilnya dari kita, kita sudah siap dan menerima apapun yang
terjadi dalam hidup ini dengan penuh syukur.

Mencintailah dengan tulus namun jangan membabi buta. Mencintailah
sebagaimana kita ingin dicintai dan jangan mengatasnamakan cinta untuk
tujuan tertentu. Cinta yang tulus adalah cinta yang datang dari hati,
dan sesuatu yang datang dari hati maka hati pulalah yang akan
menerimanya. Prioritaskan cinta kita kepada sesuatu yang hakiki, bukan
sesuatu yang fana.

Jika diurutkan maka prioritas cinta kita akan menjadi sebagai berikut:
1. Cinta kepada Alloh SWT/Tuhan Semesta Alam/Sang Pencipta
2. Cinta kepada RosulNya
3. Cinta kepada keluarga
4. Cinta kepada sesama manusia

Jika kita dapat mencintai Sang Pencipta melebihi cinta kita kepada
apapun dan siapapun selain Dia, niscaya kita akan mencapai kedamaian
jiwa yang sesungguhnya.

Tiada yang dirindukan seorang hamba yang secara total mendedikasikan
cintanya pada Sang Pencipta selain mengharap bisa bertemu dan melihat
Tuhannya kelak di alam yang abadi dalam keadaan yang diridloi.
Hidupnya pun akan selalu damai dan senantiasa bersyukur dalam naungan
rahmatNya. Sebagaimana firmanNya dalam kitab suci, "Hai jiwa yang
tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridloiNya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hambaKu, dan
masuklah ke dalam surgaKu."

Salam damai bertabur cinta…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar